Ternyata, bukan karena dompet yang mendadak terisi kembali atau ketemu pujaan hati di tinder, namun dibolehkannya mudik lebaran yang bikin masyarakat senang bukan kepalang.
Ya, inilah perasaaan gembira yang muncul secara alami dan sehat. Inilah Euforia sesungguhnya. Melebihi perasaan gembira setelah meraih apa pun.
Bagaimana tidak, dua tahun pendemi kita dipaksa mengubah gaya hidup secara drastis. Mulai dari bagaimana cara kita belajar, mencari nafkah, hingga beribadah. Semua berubah. Sebagian orang mampu berubah, namun sebagian lain mengalami keletihan (sosial fatigue).
Kondisis ini adalah fenomena global yang terjadi di hampir semua belahan dunia. Bahkan warga Amerika Serikat sekali pun. Survey Gallup di tahun 2021 menunjukkan, warga di negara Paman Sam makin sedikit yang waspada terhadap Covid-19.
Karena itu dalam konteks ini, maka mudik lebaran selain sebagai momentum spiritual sejatinya menjadi kado spesial dari pemimpin negeri. Sehingga warga sangat antusias.
Bukti ansusiasme warga setidaknya terihat dari survey Kemenhub, bahwa akan ada 85 juta orang yang memilih mudik. Ini 4 kali lebih banyak dari mudik-mudik sebelumnya, bahkan sebelum badai pandemi menghantam negeri.
Infrastruktur Mudik
Bayangkan jika, kondisi infrastruktur kita, masih seperti satu dekade lalu. Saat begitu banyak orang masih memanfaatkan lubang-lubang di tengah jalan untuk mengais rezeki, atau kereta api yang penuh sesak hingga ke atap. Atau terminal, bandara, dan stasiun yang penuh sesak bukan oleh penumpang, namun copet dan calo. Mudik tahun ini tentu akan amburadul, dengan rekayasa lalu lintas apa pun.
Untungnya, hampir satu dekade terakhir, sejak Pemerintahan Jokowi mendapat mandat berkuasa, terutama melalui Kementrian BUMN di bawah nahkoda Erick Thohir, telah membangun 1.640 jalan tol dan 4.600 kilometer jalan non tol.
Untuk transfortasi udara dan laut, Pemerintah telah membangun 15 bandara baru dan 38 ekspansi dan perbaikan bandara lama. Juga pelabuhan baru yang telah dibangun sebanyak 124 pelabuhan.
Jika anda pelanggan setia kereta, maka perubahan pasti begitu terasa. Baik kebersihan keretanya, maupun fasilitas di stasiunnya. Semua amat berbeda. Kereta jadi yang paling termaju dan teraman sepanjang sejarah.
Berbagai pembangunan jalur kereta baik single maupun double track telah selesai dilakukan. Modernisasi stasiun, pengembangkan kereta api ringan atau lintas terpadu atau Light Rail Transit (LRT), Moda Raya Terpadu atau Mass Rapid Transit (MRT), dan elektrifikasi jalur rel untk kereta Rel Listrik (KRL) di jumlah kota besar, serta pembangunan jalur baru di di luar jawa rampung dilakukan. Ini sangat luar biasa.
Kini, kita Tak perlu terlalu khawatir untu mengatasi efek kemacetan atau penambahan jumlah penumpang gegara lebaran atau liburan.
Karena Pemerintah telah berupaya meningkatkan efektivitas volume angkutan penumpang maupun barang serta meringkas waktu tempuh perjalanan. Asal semua sabar dan tertib, mudik kali ini akan aman dan nyaman.
Mudik Ujian Menuju Endemi
Menurut saya, sah-sah saja jika masyarakat Indonesia bereuforia sejenak dengan mudik lebaran. Karena pemerintah mengizinkan kembali perjalanan mudik dalam rangka idul firi 1443 H atau 2022, setelah dua tahun lamanya sempat dilarang.
Keputusan ini melihat data statistik jumlah kasus Covid-19 di Indonesia yang terus menunjukkan penurunan. Namun, tentu saja euforia juga tak boleh berlebihan. Karena bisa jadi, mudik lebaran sesungguhnya menjadi batu ujian, apakah kita bisa betul-betul masuk endemi.
Maksudnya jika pasca musim mudik dan libur lebaran kasus terkendali, maka Indonesia bisa menuju endemi. Sebaliknya, jika pasca mudik lebaran ternyata kasus Covid-19 kembali meningkat, maka cilakalah yang ada.
Hari Raya Idul fitri menandai kembalinya manusia pada fitrahnya, memang patut dirayakan. Nabi Muhammad juga ikut merayakan, meski tidak dengan cara yang berlebihan.
Ketika merayakan hari raya idul Fitri, Rasullah pernah kedatangan banyak tamu, termasuk dua gadis Anshar. Karena ikut berbahagia, dua gadis Anshar itu memainkan alat musik dan menyanyikan lagu tentang Hari Buath.
Abu Bakar yang tau akan itu, sempat kesal dan menggerutu di hadapan Rasulullah. Namun Rasulullah malah menasihati sahabat terdekatnya itu. ‘Tiap bangsa punya hari raya, dan ini adalah hari raya kita,” kata Nabi.
Robin Santos dalam bukunya Empire of the Islamic World menceritakan bagaimana umat Muslim di Kota Baghdad di era Abbasiyah berkuasa merayakan lebaran selama tiga hari.
Mereka menampilkan para musisi dan penyair ternama untuk beradu kebolehan.
Semua orang punya cara masing-masing untuk merayakan hari lebaran. Namun untuk menjaga keseimbangan dan agar yang kurang beruntung secara ekonomi juga ikut merasakan maka umat Islam diwajibkan untuk membayar zakat fitrah.
Zakat fitrah memiliki makna sangat penting sebagai wujud rasa kepedulian kepada sesama orang Islam. Lewat zakat fitrah, umat Islam akan meningkatkan kepedulian bukan hanya untuk hari ini, namun hingga selesai hari raya (At-taubah [9]: 58).
Ya, idul fitri selain momentum untuk membersihkan jiwa juga merupakan waktu yang tepat untuk berbagi. Baik berbagi rezeki maupun kebahagiaan. Karena itu, agar kebahagiaan makin nyata dan alami, tetap menjaga protokol kesehatan agar mudik tak malah membuat pandemi abadi, namun menjadi endemi.